Kontrakan Asusila Menyebar di Ciputat
Fenomena seks bebas “di kontrakan nakal” belakangan
ini marak terjadi. Pelakunya pun bukan hanya orang awam, melainkan juga kaum
intelektual nan terpelajar.
Ratusan rumah
memadati Jalan Sedap Malam, Ciputat,
Tangerang Selatan. Di antaranya terdapat rumah disewa oleh mahasiswa sebagai
tempat tinggal. Salah satunya rumah kontrakan
berbentuk persegi panjang dengan cat berwarna putih, lokasinya sekitar
250 meter dari Madrasah Pembangunan. Tepatnya, berjalan lurus sekitar 200 meter
arah timur kemudian belok kiri masuk gang kecil 50 meter lagi. “Kontrakan nakal “ begitulah orang menyebutnya.
Kontrakan itu biasanya
tempat mahasiswa melakukan “kumpul kebo” dan seks bebas. Tak jarang, beberapa
laki-laki dan perempuan dalam satu kamar tanpa ikatan pernikahan. Hal itu di
ungkapkan Dani (26) pemuda asal Sedap Malam. Ia dan teman-temannya sering memergoki
beberapa pasangan Pria dan wanita bukan muhrim sedang melakukan perbuatan
mesum. Pelakunya pun mahasiswa yang
berasal dari perguruan tinggi sekitar Ciputat. Namun ia enggan menyebut nama
perguruan tinggi itu.
Lanjut Dani, ia juga
pernah menemukan seorang mahasiswi yang berprofesi sebagai Pekerja seks
Komersial (PSK). Saat itu PSK tersebut sedang malay ani seorang pelanggan yang
kebetulan mahasiswa yang mengontrak di tempat itu. Menurut Dani Motif nya pun
berbeda-beda. Ada yang beralasan karena ekonomi keluarga, dan juga karena
tergoda oleh rayuan teman.
Dani menjelaskan di
daerah Ciputat, Sedap Malam merupakan daerah tergolong bebas. Tak pernah ada
razia dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)atau pun Polsek Ciputat. Di tambah
lagi daerah ini kebanyakan pendatang dari pada pribumi asli.”Perbandingannya 20
persen penduduk asli, 70 persen pendatang. Kebanyakan mahasiswa,” katanya ,
Sabtu (9/01).
Kepada INSTITUT, Dani juga bercerita tentang
tempat ia indekos di daerah Lestari yang juga tergolong bebas. Tak jarang ia
dan penghuni kontrakan lainnya membawa kaum hawa untuk masuk ke dalam kamar dan bermalam
di sana. Penghuni kontrakan diberikan kebebasan dan tak ada aturan jelas dari
empunya. “Kalo ketahuan bawa cewek, ibu indekos cuma bilang: jangan berisik
enggak enak sama tetangga,”ungkapnya sambil tertawa.
Masih di daerah Sedap
Malam, tak jauh dari Madrasah Aliyah Pembangunan terdapat kontrakan dengan
pintu yang berjejer panjang. Kontrakan
itu tak jauh beda dari sebelumnya. Tak jarang di halaman depan kontrakan berserakan kondom yang sudah
dipakai oleh penggunanya.
Bagus (28) pemuda
setempat menjelaskan ia pernah
memperdapati pasangan muda-mudi sedang melakukan mesum. Ia pun mengancam akan melaporkan pelaku
asusila tersebut kepada warga dan pihak kepolisian. Namun, niat awal keukeh terpaksa ia urung karena permohonan maaf pelaku dan penyesalan. Sebagai
imbalannya, Bagus diberikan sejumlah uang “tutup mulut” dari pelaku sebagai
ucapan terima kasih.
Sejak peristiwa itu,
Bagus bersama pemuda lainnya kerap kali melakukan razia malam untuk mencari pasangan yang berbuat tak
senonoh. Ketika, menemukan tersangka ia langsung memeras mereka supaya
menyerahkan uang atau handphone
sebagai uang tutup mulut.”Kejadian itu sempat terjadi beberapa kali,” ungkapnya,
Sabtu (9/01).
Untuk memastikan cerita
itu valid. Atas bantuan seorang teman, INSTITUT
berhasil menemukan salah seorang penghuni kontrakan. Sebut saja namanya Anu
(nama samaran) ia kerap kali membawa pacar untuk bermalam di sana. Tak jarang
pula, ia melakukan hubungan intim dengan sang kekasih tanpa ketahuan oleh warga
sekitar.
Anu berkisah, pertama
kali ia mengontrak di daerah Sedap Malam. Saat itu kontrakan sebelumnya yang
berada di Semanggi I telah habis masa kontraknya. Ia berkeinginan untuk tak
memperpanjang masa kontraknya karena ibu kos-nya terkenal galak dan punya
aturan yang ketat. Atas usulan seorang teman satu fakultas di salah satu perguruan tinggi di Ciputat, ia
pun pindah ke kontrakan yang sekarang.
Tak hanya Anu, teman-temannya juga sering membawa pacar mereka untuk bermalam di kontrakan.
Untuk menghindari kehamilan, biasanya mereka
terlebih dulu menggunakan kondom sebelum berhubungan intim. Langkah itu
ditempuh untuk menghindari kehamilan dari pihak perempuan.” Jarang kelihatan
ada razia disekitar sini,”ungkapnya Minggu (10/01).
Tak hanya melakukan
seks bebas, kontrakan tempat Anu tinggal
juga terkadang digunakan sebagai tempat
pesta minuman keras. Miras itu mereka beli di warung tertentu yang sudah
jadi langganan. Pesta miras pun dihadiri oleh teman satu organisasi, kelas,
bahkan tetangga sekitar kontrakan.
Tak hanya berhenti
sampai di sana, Ara (nama samaran) mengaku menjadi Pekerja Seks Komersial
(PSK). Sebelum jadi PSK, ia terlebih dahulu kebablasan bersama pacarnya. Pada
awalnya ia tak berencana melakukan itu. Tetapi karena suasana sepi dan ia
bermalam di indekos sang pacar tak menutup kemungkinan melakukannya.
Profesi itu kini telah
ia jalani selama satu tahun. Ara mengaku sebenarnya ia telah berusaha mencari
pekerjaan lain. Tetapi pekerjaan itu tak kunjung dapat. Keadaan pun di perparah
lagi dengan kondisi ekonomi keluarga yang sulit, membuat terpaksa menjalani
pekerjaan haram tersebut.
Wanita yang berasal dari salah satu daerah di Jawa
Barat ini menjelaskan, ia melakukan hubungan hubungan intim dengan pelanggan di
kontrakan sendiri. Pelanggannya pun tak pandang bulu, terkadang mahasiswa, om-om, dan anak muda pokoknya lelaki
hidung belang. Tarifnya mulai dari 200 ribu hingga satu juta rupiah.”Pernah sih di hotel.Tapi jarang,” ungkapnya
Minggu malam, (10/01).
Ketika ditelusuri lebih
dalam, ternyata Ara ini merupakan seorang mahasiswi di salah satu perguruan
tinggi di Ciputat. Ia kini tengah berada di semester tujuh. Keadaan ekonomi
orang tua yang sulit dan tak mampu membayar uang kuliah membuatnya terpaksa
melacurkan diri.
Ketua Rukun Tetangga
(RT) Sedap Malam, Komar mengakui adanya kontrakan mesum di daerah ini. Beberapa
bulan yang lalu, terjadi dua kali kasus asusila yang dilakukan oleh penghuni
kontrakan di daerah Sedap Malam. Para pelaku pun babak-belur diamuk massa
karena memberontak saat dimintai keterangan oleh warga sekitar.
Lebih lanjut, Komar pun
menjelaskan ia sering menerima keluhan dari masyarakat tentang kelakuan
penghuni kontrakan di sedap Malam. Bukan hanya masalah seks bebas, melain juga
maraknya kasus pencurian, perkelahian antar penghuni kontarakan, dan euforia
berlebih yang mengganggu ketenangan warga. Untuk itu ia melaporkan penghuni
kontrakan yang tak mematuhi aturan kepada pihak kepolisian dan pihak kampus
tempat mahasiswa belajar.”Namun, ada
beberapa laporan yang tak ditanggapi,” ujarnya, Selasa (19/1).
Melalui keterangan
Komar diperoleh alasan terkait tindak asusila dan kejahatan di Sedap Malam. Hal
itu dikarenakan dua faktor. Pertama, kaum urban lebih medominasi dari pada
pribumi. Berdasarkan data, jumlah Kepala Keluarga (KK) hanya sekitar 50.
Sedangkan pendatang sekitar 105 kontrakan. Kebanyakan pendatang itu tak melapor
kepada RT tentang keberadaannya sebagaimana tertuang dalam aturan yang berlaku.
Kedua, keamanan pun tak
begitu kondusif. Tak ada razia dari pihak kepolisian, begitu pun dari pihak warga.
Selama ini sistem keamanan yang berlaku bersifat kebersamaan. Keamanan bersama
dirumuskan dalam rapat yang dihadiri tiga RT. Tak ada keamanan secara khusus yang diterapkan.
Menanggapi maraknya kasus tindak asusila yang terjadi di kontrakan
sekitar Ciputat, INSTITUT mendatangi Polisi Sektor (Polsek) Metro Ciputat untuk
meminta tanggapan. Perwira Unit Bimbingan Masyarakat (Kanit binmas), Johan. H menjelaskan bahwa Polisi hanya akan turun
kelapangan apabila ada laporan dari warga. Dalam kasus kontrakan mesum, pihak
kepolisian tak ada mendapat laporan dari warga. ”Enggak mungkin dong kita
geledah setiap kontrakan mahasiswa,” pungkasnya, Jumat (15/1) .
Melalui pantauan INSTITUT selama tiga malam di Sedap
Malam, tak ada razia dari pihak kepolisian, begitu pun tak ada ronda malam oleh
warga. Demikian itu menjadi lahan subur
untuk tindak asusila dan kejahatan.
Post a Comment