Header Ads

SULTAN MAHMUD II




  A. Pendahuluan
Pada masa pemerintahan Turki Usmani, Islam menunjukkan kegagah perkasaannya yang luar biasa serta dapat menyambung usaha dan kemegahan kekuasaan Islam pada masa sebelumnya. Kerajaan Turki Usmani mampu menguasai hamper seluruh wilayah di tiga benua, yaitu:Asia, Afrika dan Eropa. Namun kekuasaan Usmani yang dimulai sejak tahun 1300 M, dan berakhir tahun 1924 M ini tidak selamanya mulus. Berbagai usaha untuk menghancurkan kekuatan Turki Usmani dilakukan oleh lawan-lawan mereka terutama dari bangsa-bangsa Eropa yang beragama Kristen.

Sejak abad ke-17, diakibatkan oleh kekalahan-kekalahan yang dialami Turki Usmani dalam peperangan melawan negara-negara Eropa mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan Eropa terutama Perancis sebagai negara yang termuka waktu itu.

Program restorasi integritas politik dan efektifitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan Turki Usmani mulai dkonsep. Para pembaharu pertama di abad pertengahan ini pada awalnya berlandaskan peraturan yang digariskan Sultan Sulaiman yang menentang kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum muslim. Para modernis menganggap perlunya kerajaan Turki untuk mengadopsi metode yang dimiliki bangsa Eropa dalam pendidikan kemiliteran, organisasi dan administrasi untuk menciptakan suatu perubahan di bidang pendidikan, ekonomi, dan social yang mendukung terbentuknya negara modern.

Sangat disayangkan, usaha-usaha pembaharuan pada abad ke-17 dan ke-18 di Turki mendapat tantangan keras dari dua golongan yang berpengaruh dalam masyarakat. Dari satu pihak, tantangan dilancarkan oleh tentara tetap yang dikenal dengan nama Yennisseri (pasukan baru). Mereka mempunyai hubungan erat dengan tarekat Bektasyi yang besar pengaruhnya dalam masyarakat. Yenisseri dibentuk di abad ke-14, dan sejak abad ke-17 Yenisseri menguasai suasana politik di kerajaan ini. Sultan-sultan yang tidak dikuasai mereka jatuhkan dan bunuh. Tantangan lain datang dari pihak kaum ulama. Ide-ide baru yang didatangkan dari Eropa itu bertentangan dengan faham tradisional yang terdapat di kalangan umat Islam dan pembaharuan akan membawa perubahan-perubahan yang tidak menguntungkan bagi kaum ulama. Dalam menentang usaha-usaha pembaharuan ini, kaum ulama dan Yenisseri menjalin kerjasama yang baik.

Usaha pembaharuan kedua dimulai di Periode modern (abad ke-19), setelahYenisseri berhasil dihancurkan oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826. Pembaharuan inilah yang pada akhirnya membawa perubahan-perubahan di Turki.

B.     BIOGRAFI SULTAN MAHMUD II

Mahmud lahir di Istambul pada tanggal 13 Ramadhan 1199 bertepatan dengan tanggal 20 Juli 1785 dan meninggal pada tanggal 1 Juli 1839. Dia adalah sultan ke-33 dari sultan Kerajaan Ottoman di Turki. Diangkat menjadi sultan pada tanggal 28 Juli 1808 menggantikan kakaknya Mustafa IV sampai ia meninggal. Ayahnya bernama Salim III (Sultan ke-31). Sultan Mahmud II dipandang sebagai pelopor pembaruan di Kerajaan Ottoman, sebanding dengan Muhammad Ali (1805-1849) yang memelopori pembaruan di Mesir. Sementara itu dalam Kerajaan Ottoman, pembaruan sudah dimualai sejak Sultan Mustafa IV sampai pada sultan-sultan sesudahnya, sehingga masa ini disebut periode modern. Mahmud II semasa kecilnya selain memperoleh pendidikan tradisional dalam bidang agama, juga memperoleh pendidikan pemerintahan dan sastra (sastra Arab, Turki, dan Parsi). Dalam suatu pemberontakan tentara Janissary (Turki:yeni cheri), pada masa pemerintahan Mustafa IV, semua anggota keluarga Ottoman terbunuh kecuali Mahmud II yang sempat lolos. Dalam kondisi demikianlah Mahmud II naik takhta.[1]

Di bagian pertama dari masa kesultanannya ia disibukkan oleh peperangan dengan Rusia dan usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar. Peperangan dengan Rusia selesai pada tahun 1812 dan kekuasaan otonomi daerah akhirnya dapat ia perkecil kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir dan satu daerah otonomi lain di Eropa.[2]

C. KONDISI SOSIAL TURKI

Sultan Mahmud II adalah sultan ke-33 dari 40 Sultan Turki yang berkuasa melanjutkan kekuasaan Sultan Musthafa IV. Secara detail riwayat hidup Sultan Mahmud II tidak banyak terungkap. Harun Nasution menyebutkan bahwa dia dilahirkan pada tahun 1785 M, diangkat menjadi sultan pada tahun 1807 M dan meninggal pada tahun 1839 M. Pendidikan yang ditampuh oleh Mahmud adalah pendidikan tradisional, yang meliputi pembelajaran pengetahuan agama, sejarah Islam, sastra Arab, Turki, dan Persia.[3]

Untuk dapat melihat kondisi dan sosiokultural Turki sebelum masa Sultan Mahmud II, lebih baik jika diawali dengan menelusuri sejarah Turki di masa lampau. Hal ini perlu sehingga dapat diperoleh apa dan latar belakang pembaruan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II. Kejayaan Turki yang telah dirintis oleh para pendirinya, yakni Usman, Orchan, dan seterusnya tidak lepas dari peran militer. Tepatnya pada masa Orchan (1324-1360) dibentuk pasukan elit kerajaan yang bernama Yenissari (Yeny-chery). Oleh karena peran militer inilah Turki mencapai kejayaan dan menjadi adikuasa di dunia pada masanya.

Yenissari terbentuk dan berkembang sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan kerajaan. Dasar pemikiran pembentukannya berawal dari pengamatan Sultan Turki (Orchan) terhadap kekuatan Eropa yang mulai bangkit di abad 12. Sikap antisipatif Orchan ini menyebabkan kekuatan Turki lebih maju dibanding dengan kekuatan Eropa Timur. Berturut-turut wilayah Eropa Timur dapat dikuasai, yaitu Tawassuli (1330), Uskandar (1338), Ankara (1354), dan Gallipoli (1354).[4]

Perekrutan tentara Yenissari awalnya dilakukan setiap lima tahun sekali. Oleh karena kerajaan Turki Usmani sering terlibat dalam peperangan yang berkepanjangan, maka rekruitmen ini dipersingkat menjadi dua tahun sekali. Pada mulanya, anggota tentara ini tidak diperbolehkan menikah dan kehidupan mereka benar-benar diabdikan untuk loyalitas kepada sultan.[5]

Anggota Yenissari direkrut dari anak-anak miskin. Ketika Murad I menjadi sultan, korp militer ini direkrut dari budak-budak negeri taklukan, dari narapidana, dan sebagian dari sukarelawan. Mereka diorganisir sebagai pasukan infanteri. Akan tetapi, selanjutnya pada tahun 1395 anggota Yenissari berasal dari pemuda-pemuda Kristen sebagai bentuk pengganti pajak yang diambil dari populasi penduduk Balkan.[6]
Sistem perekrutan yang dilakukan pemerintah seperti di atas ternyata mampu menghasilkan tentara yang kuat dan menjadi sumber tenaga murah. Mereka dididik di lingkungan istana dengan disiplin tinggi dan dilatih untuk menguasai teknik-teknik peperangan, mengoperasikan alat-alat dan senjata perang canggih, serta menggunakan meriam. Di samping itu, mereka diberi pelajaran bahasa Arab, Turki, dan pendidikan agama Islam sehingga menjadi prajurit handal yang bergaya hidup Turki. Sultan menjanjikan kepada mereka jabatan yang menawan, seperti pengawal kerajaan, pengawal pribadi sultan, dan pegawai kemiliteran yang lain.[7]

Pada perjalanan selanjutnya, ternyata Yenissari yang semula mendapat keistimewaan dari sultansultan terdahulu justru menjadi bumerang bagi sultan selanjutnya, yang dapat diibaratkan senjata makan tuan. Setelah memiliki kekuatan Yenissari dapat mempengaruhi sultan dalam mengambil keputusan. Di samping Yenissari, terdapat satu kekuatan lain yang cukup besar pengaruhnya, yaitu tarekat Bektasyi. Tarekat Bektasyi adalah sebuah perkumpulan penganut sufi yang didirikan oleh Haji Bektasy yang diperkirakan hidup pada abad 13.

Menurut sebuah cerita yang disinyalir oleh Lapidus, Haji Bektasy dan 40 orang pengikutnya mendirikan beberapa ribat (semacam padepokan) di beberapa tempat seperti di Anatolia, Macedonia, Thessaly, dan Rhodope. Ajaran tarekat ini tersebar luas dengan sukses di seluruh Anatolia dan sebagian wilayah Balkan pada abad 15. Para Sultan Turki memperbolehkan bahkan mengesahkan ajaran tarekat ini.[8]

Ajaran aliran ini dipengaruhi oleh Syiah dan Kristen. Mereka mengambil Imam ke enam, yakni Imam Ja’far sebagai orang suci yang menjadi pelindung. Mereka juga memuliakan trinitas, yaitu Allah, Muhammad, dan Ali. Hal ini sebagaimana disebutkan Lapidus sebagai berikut. The Bektasyi were strongly influenced by both Shi’ism and Cristinity. They took sixth imam, Ja’far as patron saint, vereneted the trinity of God, Muhammad and Ali.

Mereka mengajarkan empat tingkat keyakinan keagamaan, mulai dari syari’ah, tariqah, ma’rifah, dan haqiqah. Bagi anggota baru terlebih dulu dikenalkan dengan pelajaran yang sifatnya rahasia dan berbagai kegiatan seremonial. Pengaruh Bektasyi ini pada akhirnya menembus korp militer Yenissari. Banyak anggota militer yang aktif mengikuti kegiatan ritual tarekat ini sehingga menjadikan sinergi dua kekuatan yang memiliki pengaruh besar dalam bidang politik maupun sosial kemasyarakatan. Banyak pos-pos strategis dan jabatan penting yang dipegang oleh mereka hingga semakin kokoh sampai akhirnya segala tindakan sultan harus melalui persetujuan mereka. Inilah yang kemudian bisa dikatakan menimbulkan petaka bagi Sultan Turki Usmani. Maka dari itu, tidak mengherankan kalau pada abad ke-17 Yenissari telah menguasai suasana politik Turki.[9]

D.    USAHA-USAHA PEMBAHARUAN SULTAN MAHMUD II

Setelah kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan kerajaan Usmani bertambah kuat, Sultan Mahmud II melihat bahwa telah tiba waktunya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah lama ada dalam pikirannya. Dan pembaharuan yang dilakukannya secara sungguh-sungguh, seperti dalam bidang militer, tradisi,pendidikan, hukum, dan ekonomi.

Kurang lebih berkuasa selama 32 tahun, Sultan Mahmud II telah melakukan pembaharuan-pembaharuan meliputi berbagai bidang:

1). Bidang Militer
Ketika Sultan Mahmud naik tahta dan menjadi Sultan di kerajaan Turki, Mahmud II memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal. Perbaikan internal tersebut dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaan sehingga menjadi kekuatan yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.[10]

Kebijaksanaan ini menjadikan dirinya sebagai musuh kelompok militer lama yang dikenal dengan Yennisseri setelah kekuasaanya semakin kuat, Sultan Mahmud II membentuk suatu korps tentara baru sejumlah 40.000 muslim yang disebut Mu’allim Iskinji (pasukan terlatih). Tentara baru ini dilatih oleh tokoh-tokoh militer yang dikirim oleh Muhammad Ali Pasya dari Mesir. Sultan Mahmud II menjauhi pemakaian pelatih-pelatih Barat atau Kristen yang di masa lampau mendapat tantangan dari pihak yang tidak setuju dengan pembaharuan.[11]

Pada awalnya perwira-perwira tinggi Yenisseri menyetujui pembentukan korps baru itu, sementara perwira-perwira menengah ke bawah mengambil sikap menolak. Beberapa hari sebelum korps baru itu mengadakan parade, Yenisseriberontak. Dengan mendapat restu dari mufti besar kerajaan Usmani, Sultan memerintahkan  untuk mengepung Yenisseri  yang sedang berontak dan memukuli garnisun dengan meriam. Sehingga korps yang berusia sekitar lima abad itu hancur seketika. Tarekat Bektasyi yang selama inidikenal banyak mempunyai anggota dari kalangan Yenisseri  sendiri dihapuskan.[12]

Usaha untuk membubarkan Bektasyi serta menghapuskan korps Yenisserimerupakan strategi yang tepat, karena dengan habisnya dua kekuatan tersebut, kelompok masyarakat yang anti pembaharuan menjadi lemah. Disamping itu kerajaan Usmani telah memiliki pasukan elit baru yang sudah jelas mendukung segala kebijaksanaan dan pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II.

Pada tahun 1830, Sultan Mahmud II mendirikan sekolah militer dengan mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari Eropa dan Rusia. Kemudian Sultan Mendirikan Akademi Militer di tahun 1840. Pengembangan pendidikan kemiliteran ini disamping didukung oleh tenaga-tenaga professional yang dikirim oleh Muhammad Ali Pasya dari Mesir, Sultan Mahmud II juga mengirim pelajar-pelajar ke Eropa untuk mendalami ilmu kemiliteran.[13]

Dapat saya simpulkan bahwa pembaharu dalam militer ini kepada beberapa poin: Dalam melakukan pembaharuan di bidang militer, Sultan Mahmud II terkenal sangat taktis dan strategis, karena tentaranya yang baru adalah pelatih yang dikirim oleh Muhammad Ali dari Mesir. Adapun pembaruan militernya meliputi: (1) Membentuk tentara kerajaan yang modern; (2) Melumpuhkan tantangan dari pihak Janisarry sekaligus tantangan ulama atas pembaharuannya; dan (3) Membentuk korps tentara kerajaan Usmani yang baru pada tahun 1826.

2). Pembaharuan dalam Organisasi Pemerintahan

Aspek terpenting yang dilaksanakan Mahmud II dalam bidang pemerintahan adalah merombak sistem kekuasaan di tingkat penguasa puncak. Dalam tradisi kerajaan Usmani, sultan memiliki dua bentuk kekuasaan, yakni kekuasaan temporal (duniawi) dan kekuasaan spiritual (rohani). Sebagai penguasa dunia ia disebut Sultan dan sebagai penguasa rohani disebut khalifah. Dalam pelaksanaannya untuk urusan pemerintahan, sultan dibantu Sadrazam, sedangkan untuk keagamaan dibantu Shaikh al-Islam. Jabatan Sadrazam yang sering menggantikan sultan apabila sultan berhalangan dihapuskan Mahmud II. Sebagai gantinya dibentuk jabatan perdana menteri yang membawahi menteri untuk urusan dalam negeri, luar negeri, keuangan, dan pendidikan dengan departemennya masing-masing.

Para menteri memiliki kekuasaan semi otonomi sebagaimana perdana menteri dan sultan. Tugas perdana menteri sangat berkurang apabila dibandingkan dengan Sadrazam sebelumnya. Selain itu Mahmud II juga memindahkan kekuasaan Yudikatif dari tangan Sadrazam ke Shaikh al-Islam. Dalam sistem baru ini Mahmud II membentuk lembaga hukum sekuler di samping hukum shariat. Kekuasaan Shaikh al-Islam menjadi sedikit karena hanya menangani masalah shariat, sedangkan hukum sekuler diserahkan kepada Dewan Perancang Hukum untuk mengaturnya. Sepanjang sejarah kerajaan Usmani, Mahmud II yang secara tegas mengadakan perbedaan antara urusan agama dan urusan dunia. Pada 1838 ia mengeluarkan hukum dan ketentuan menyangkut kewajiban para hakim dan pegawai negeri. Ditegaskan pula ketentuan yang berlaku bagi seorang hakim maupun pegawai yang korupsi dan melalaikan tugasnya.[14]

3). Perubahan dalam bidang pendidikan

Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kerajaan Usmani ialah perubahan dalam bidang pendidikan. Seperti halnya di Dunia Islam lain di zaman itu, Madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di Kerajaan Usmani. Di Madrasah hanya diajarkan agama sedangkan pengetahuan umum tidak diajarkan.

Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Di masa pemerintahannya orang kurang giat memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah dan mengutamakan mengirim mereka belajar keterampilan secara praktis di perusahaan industri. Oleh karena itu, ia mengadakan perubahan dalam kurikulum Madrasah dengan menambah pengetahuan-pengetahuan umum di dalamnya, seperti halnya di Dunia Islam lain pada waktu itu memang sulit.

Madrasah tradisional tetap berjalan tetapi di sampingnya Sultan mendirikan dua sekolah pengetahuan umum. Mekteb-i Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umun) dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye (Sekolah Sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dari lulusan Madrasah yang bermutu tinggi. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan. Lulusan Madrasah banyak meneruskan pelajaran di sekolah-sekolah yang baru didirikannya. Selain dari mendirikan Sekolah Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide baru di Kerajaan Usmani.[15]

Sultan Mahmud II juga mengirim banyak pelajar Turki ke Barat. Sebanyak 150 pelajar dikirim ke berbagai negeri di Eropa. Tujuanny a adalah untuk melatih mereka menjadi guru di sekolah-sekolah Turki yang baru didirikan. Di samping dari Turki, adapula pelajar yang berasal dari Iran. Salah seorang di antaranya adalah Mirza Muhammad Shalih Shirazi.15 Salah satu hal yang dipandang penting pada masa Sultan Mahmud II adalah penerbitan surat kabar resmi pemerintah Takvim-i Vekayi. Surat kabar tersebut tidak hanya berisi tentang berita-berita, daftar peristiwa, dan pengumuman pemerintah, tetapi juga memuat artikel-artikel mengenai ide-ide yang berasal dari Barat. Oleh karena pembaca surat kabar ini sangat luas, maka Takvim-i mempunyai pengaruh yang besar dalam memperkenalkan ide-ide modern Barat kepada masyarakat Turki. Salah satu redaktur surat kabar tersebut adalah Musthafa Sami yang pernah berkunjung ke Eropa. Menurutnya, Eropa maju karena pengetahuan, kemerdekaan beragama, patriotisme, dan pendidikan yang merata. Sami sungguh-sugguh tertarik dengan peradaban Barat sehingga tidak segan-segan mengkritik budaya Timur.[16]

4). Pembaharuan dalam bidang ekonomi
Perekonomian merupakan sumber penting bagi pembiayaan dan penyelenggaraan suatu negara. Kerajaan Turki Usmani mengalami kemerosotan ekonomi, karena tidak berkembangnya ilmu pengetahuan dan karena beralihnya jalur perdagangan dari Laut Tengah ke Tanjung Harapan pada tahun 1498, ditambah lagi dengan banyaknya daerah-daerah yang melepaskan diri dari pemerintah pusat sehingga membawa dampak pada kelesuan kas negara[17].

Kemerosotan ekonomi kerajaan Turki Usmani ini, menurut Syalabi[18]digambarkan karena hal-hal sebagai berikut:
1.      Tidak ada perdamaian dalam negeri
2.      Penyerahan wilayah-wilayah yang  tentunya mengurangi pemasukan pajak
3.      Tidak ada keberanian untuk melakukan usaha-usaha ekonomi oleh kalangan menengah orang Turki asli
4.      Adanya saudagar-saudagar asing yang memperoleh pendidikan diplomatik dan militer
5.      Tekanan dari kaum tradisional yang tidak mempunyai wawasan ke depan

Mengingat sebagian besar wilayah Kerajaan Turki Usmani adalah daerah agraris yang cukup luas, Sultan Mahmud II berusaha untuk mengatasi kelesuan perekonomian kerajaannya dengan mencoba mengadakan perbaikan pada sumber-sumber perekonomian di sector pertanian. Kemudian ia mengaktifkan kembali sumber perekonomian dengan menghapus segala bentuk peraturan yang dibuat oleh tuan tanah dan tuan feudal. Sebagai gantinya  Sultan Mahmud II mengambil alih control atas pengawasan pajak dan merencanakan serta mengatur system wakaf, juga membatasi penguasaan daerah atas hak kepemilikan dan penggunaan tanah. Dengan demikian pemerintah pusat akan mendapatkan dana yang cukup besar.

5). Pembaharuan dalam Bidang Publikasi

Untuk menyebar luaskan gagasannya dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat, Mahmud II mengupayakan bidang publikasi yang memadai. Tahun 1831 ia mengintruksikan berdirinya surat kabar resmi pemerintah Takvim-i Vekayi, tiga tahun setelah terbitnya surat kabar pemerintah Mesir al-Waqā’i’ al-Misriyyah (1828). Surat kabar ini tidak hanya memuat berita dan pengumuman resmi pemerintah, melainkan juga memuat artikel mengenai gagasan progresif di Eropa. Oleh sebab itu, Takvim-i Vekayi dinilai mempunyai pengaruh besar dalam memperkenalkan ide modern kepada masyarakat Turki.[19]

Salah satu redaktur surat kabar itu adalah Mustafa Sami yang telah pernah berkunjung ke Eropa. Kemajuan Eropa, menurut pendapatnya, didasarkan antara lain atas ilmu pengetahuan, kemerdekaan dalam agama, patriotisme dan pendidikan yang merata. Ia begitu tertarik dengan peradaban Barat sehingga ia tidak segan-segan mengkritik adat istiadat timur dan dibalik itu memuja-muja..

6). Pembaharuan dalam Tradisi

Sultan Mahmud II, dikenal sebagai Sultan yang tidak mau terikat pada tradisi dan tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama. Sultan-sultan sebelumnya menganggap diri mereka tinggi dan tidak pantas bergaul dengan rakyat. Oleh karena itu, mereka selalu mengasingkan diri dan meyerahkan soal mengurus rakyat kepada bawahan-bawahan. Timbullah anggapan mereka bukan manusia biasa dan pembesar-pembesar Negara pun tidak berani duduk ketika menghadap Sultan.

Tradisi aristokrasi ini dilanggar oleh Mahmud II. Ia mengambil sikap demokratis dan selalu muncul di muka umum untuk berbicara atau menggunting pita pada upacara-upacara resmi. Menteri dan pembesar-pembesar negara lainnya ia biasakan duduk bersama jika datang menghadap. Pakaian kerajaan yang ditentukan untuk Sultan dan pakaian kebesaran yang biasa dipakai Menteri dan pembesar-pembesar lain ia tukar dengan pakaian yang lebih sederhana. Tanda-tanda kebesaran hilang, rakyat biasa dianjurkan pula supaya meninggalkan pakaian tradisional dan menukarnya dengan pakaian Barat.

Perubahan pakaian ini menghilangkan perbedaan status dan sosial yang nyata kelihatan pada pakaian tradisional. Kekuasaan-kekuasaan luar biasa yang menurut tradisi dimiliki oleh penguasa-penguasa Usmani ia batasi. Kekuasaan Pasha atau Gubernur untuk menjatuhkan hukum mati dengan isyarat tangan ia hapuskan. Hukuman bunuh untuk masa selanjutnya hanya bisa dikeluarkan oleh hakim. Penyitaan Negara terhadap harta orang yang dibuang atau dihukum mati juga ia tiadakan.[20]

7). Bidang Percetakan, Penerjemahan dan Media Massa

Untuk menyebarluaskan gagasan-gagasanya dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat, Sultan Mahmud II mengupayakan bidang publikasi yang memadai. Pada tahun 1831 ia mengintruksikan berdirinya surat kabar resmi pemerintah Takvim-I Vekayi surat kabar ini bukan hanya memuat berita dan pengumuman resmi pemerintah, melainkan juga memuat artikel-artikel mengenai gagasan-gagasan progresif di Eropa. Oleh sebab itu, Takvim-I Vikayidinilai mempunyai pengaruh besar dalam memperkenalkan ide-ide modern kepada masyarakat Turki.[21]

Disamping penerbitan surat kabar resmi, banyak beredar buku-buku karya para intelektual dalam bahasa Turki yang memuat tentang ide-ide modern barat. Banyaknya buku dan majalah yang beredar sangat menguntungkan pembaharuan yang sedang dilakukan oleh Sultan Mahmud II, karena para pembacanya dapat menerima informasi lebih banyak.

PENUTUP

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemabaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II merupakan landasan atau dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya, antara lain : pembaharuan tanzimat, pembaharuan di kerajaan usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20. Di mana tanzimat yang dimaksudkan adalah suatu usaha pembaharuan yang mengatur dan menyusun serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan tetapi tanzimat ini belum berhasil seperti yang diharapkan oleh tokoh-tokoh penting tanzimat, yaitu Mustafa Rashid Pasha, Mustafa Sami, Mehmed Sadek, Rif’at Pasha dan Ali Pasha. Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, di mana usaha-usaha pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan sistem konstitusional tidak dengan kekuasaan absolut setelah dibubarkannya parlemen.










[1]  Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994). hlm 113.
[2] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan(Jakarta:Bulan Bintang, 2011). hlm.83.
[3] 1Harun Nasution, op.ic hal.90
[5] syamlah.blogspot.co.id/2012/06/sultan-mahmud-ii.html, di akses sabtu 09 Oktober 2015
[6] Harun Nasution, Pembaharuan, hal. 17
[8] 4 Lapidus, A History, hal. 362. Lihat; Marshall G.S. Hodgson, The Venture of Islam, Conscience in A History World Civilization II(Chicago and London: Chicago Press, 1974), hal. 102. Penulis ambil dalam e-book yang berbentuk PDF
[9] Harun Nasution. Hal 17-18
[10] Nasution, Op., Cit. hal 91
[11] http://aip-aly-arfan.blogspot.co.id/2011/12/pemikiran-moderen-dalam-islam-di-turki.html
[12]  Harun nasuition, hal.91
[13]http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195504281988031MAKHMUD_SYAFE'I/USMANI_MUDA_DAN_IDE_IDE_PEMBAHARUANNYA.pdf
[14] M.Amin Kutbi,Desakralisasi Simbol Kekuasaan : Pembaharuan Sultan Mahmud II di Turki,dalam http://www.google.co.id, penulis akses Sabtu 09 Oktober 2015
[15] Harun Nasution. Op.ic. 95
[16] Erikj Zurcher,  Sejarah Modren Turki (Jakarta: PT. Gamedia, 2003). Terj. Karsidi Diningrat R. hal. 42.

[17] Erikj Zurcher. hal. 52.
[18] Syalabi, Ahmad. 1972. Mausu’al al-Tarikh al-islami wa al-Hadlarah al-Islamiyah.Cairo:Al-Nahdlah al-Misriyyah hal 279. Di akses dari http://makalahqsyamlah.blogspot.co.id/2012/06/sultan-mahmud-ii.html. Pada sabtu 09 Oktober 2015
[19] M.Amin Kutbi,Desakralisasi Simbol Kekuasaan : Pembaharuan Sultan Mahmud II di Turki,dalam http://www.google.co.id . di akses pada Sabtu 09 Oktober 2015.
[20]  Harun Nasution, op.ic. hal. 92

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.