Header Ads

PEMBAHARUAN PEMIKIRAN AHMAD KHAN[1] PENDAHULUAN




 Latar Belakang

Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham,adat istiadat dan sebagainya agar disesuiakan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi modern.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern merupakan alternative menuju umat Islam yang selama ini diperdebatkan di kalangan ulama Klasik yang kurang setuju dengan ide pembaharuan dalam Islam. Periode Modern (1800 M dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat islam.
Salah satu pengaruh modernitas hasil interaksi dunia Islam dengan dunia Barat adalah munculnya ide komunalisme, yang selanjutnya melahirkan sebuah Negara tersendiri bagi sebuah komunitas-komunitas masyarakat Islam di anak benua India, yang kelak bernama Pakistan.
Jika sebelumnya India mempunyai kaum revivalis seperti Shah Waliyullah, maka pada masa kebangkitan, India memiliki Sayyid Ahmad Khan dengan gerakan Aligarh yang dipimpinnya, yang kemudian ide komunalnya direalisasikan oleh penerusnya yaitu Muhammad Iqbal.
Sayyid Ahmad Khan adalah seorang reformer abad ke-19 dalam pendidikan khususnya pendidikan islam yang berasal dari India. Pada waktu itu kondisi pendidikan umat Islam di India sangat terpuruk dan terbelakang. Karena penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Inggris dan penguasaan yang dlakukan oleh umat hindhu India. Melalui ide-ide Sayyid Ahmad Khan yang sangat cemerlang, dia mampu mengubah kondisi pendidikan umat islam di India menjadi lebih baik. Melalui Universitas yang didirikan Ahmad Khan, mampu menghasilkan penerus-penerus Islam yang memiliki intelegensi yang bermutu, dan berpikiran maju sehingga tidak tertinggal dengan perkembangan zaman dan mampu bersaing dengan Negara-Negara barat.
Pemikiran-pemikiran Sayyid Ahmad Khan ini tidak hanya terkungkung di India saja akan tetapi tersebar luas di saentero jagat. Namanya dan pemikiran-pemikirannya masih terkenang dan dipakai oleh para pakar pendidikan, mahasiswa dan orang-orang yang peduli pada pendidikan khususnya pendididkan Islam.
Apa yang dilakukan oleh Ahmad Khan menunjukkan bahwa ia adalah seorang intelektual muslim sejati. Ini dapat terlihat dari sikapnya yang terbuka terhadap hal dari luar, ia bersedia mendengarkan segala hal diluar komunitasnya (islam), ia tidak cepat apriori terhadap pengaruh tersebut sebagaimana para ahli agama waktu itu, namun ia pikirkan pengaruh itu dan ia mengambil kesimpulan bahwa yang diajarkan inggris mengenai ilmu pengetahuan dan tekhnologi harus dipelajari dan dikuasai oleh umat Islam. Karakteristik yang penting adalah kejujuran dan kesetiaan pada cita-citanya untuk membangun India setarap dengan bangsa-bangsa lain di Dunia dengan mendirikan lembaga pendidikan Aligarth College sebagai basis kaderisasi anak bangsa dimasa mendatang.
Ide pembaharuan Islam yang tercetus sejak awal abad ke-13 H (19M), semakin mendapatkan tempatnya di era ini. Era pasca modernisme sebagai lanjutan dari fase modern banyak memberikan peluang bagi setiap pemikiran untuk berkembang. Para pemimpin Muslim India pada pertengahan abad ke – 19 hidup dalam kehidupan baru, berfikir dengan fikiran baru, lain dari kehidupan dan pemikiran orang-orang tua dan nenek moyang mereka.
 Sejarah ide Islam India pada waktu penjajahan Inggris menggambarkan beberapa aspek, yang setiap aspek berada sejajar dengan perkembangan baru dalam lingkungan sosial negeri itu. Dua aspek merupakan reaksi, dalam beberapa hal sangat keras, terhadap perkembangan baru itu. Sedangkan aspek-aspek yang lain merupakan adaptasi yang konstruktif dari Islam terhadap proses sosial.
Kondisi Sosial-Politik India[2]
Di sepanjang sejarahnya masyarakat muslim India meski merupakan kelompok minoritas, namun memberikan sumbangan peradaban yang sangat berarti bagi dunia. Peranannya dapat dilihat dari beberapa sejak sebelum Kerajaan Mogul, masa kekuasaan Kerajaan Mogul, masa penjajahan Inggris dan masa kontemporer hingga sekarang. Masyarakat muslim mulai masuk anak benua India sejak abad pertama hijriyah berlangsung secara bergelombang, orang-orang Arab masuk sekitar abad kedelapan, orang-orang Turki mulai masuk abad keduabelas dan orang-orang Afghan masuk abad ke-16.
Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan ekspedisi pada tahun 643, sepeninggal khalifah orang-orang Arab membuka jalan dengan menguasai Bakra di Baluchistan. Pada masa Bani Umayyah di bawah panglima Muhammad bin Qasim melanjutkan ekspedisi dan menguasai Sind dan mulai tahun 871 kaum muslimin mulai menetap di sana. Mahmud Gaznawi tahun 1020 mengembangkan pengaruhnya dan mampu mengajak raja-raja setempat dalam Islam.[3]
Sepeninggal Mahmud Gaznawi muncul dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji, Tugluq dan terakhir dinasti Lody yang didirikan Bahlul Khan Lody. Ketika terjadi kekacauan di negerinya, raja mengundang Zahiruddin Muhammad Babur dari Kabul yang di kemudian hari berhasil mendirikan Kerajaan Mogul tahun 1526. Sepeninggal Babur Mogul dipimpin putranya Humayun namun kalah menghadapi Bahadur Syah dari Gujarat, baru 15 tahun kembali berkuasa dan meninggal dunia setahun kemudian.
Akbar Khan menggantikan dan memerintah 49 tahun sehingga puncak masa kejayaan dapat diraih setelah berhasil mempersatukan daerah, golongan dan agama di India. Mogul di masa jayanya berhasil membangun peradaban bahkan menjadi negara adikuasa dengan menguasai beberapa wilayah. Luasnya membentang meliputi Kabul, Lahore, Multan, Gujarat, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Melwa, Bihar, Bengal, Kandes, Berar, Ahmadnagar, Ousra, Bajipur, Galkanda, Tajore dan Trichinopoli.
Dalam bidang ekonomi umat Islam di Mogul berhasil mengekspor sejumlah produk ke Eropa. Sedang dalam bidang pendidikan dan ilmu Mogul berhasil mencapai prestasi cemerlang. Mereka membangun masjid, madrasah dan perpustakaan. Pengajaran terdiri berbagai ilmu seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika. Di masdrasah pelajaran meliputi ilmu tafsir, hadis, fiqih. Sedang perpustakaan di Agra mengoleksi lebih 24 ribu buku. Sekolah tinggi terkemuka dibangun pada masa itu. Dalam bidang arsitektur berkembang sangat mengagumkan, banyak bangunan indah yang dihasilkan pada masa pemerintahan Mogul. Benteng Merah menjadi salah satu bangunan megah, selain bangunan masjid, istana dan makam para pembesar kerajaan. Puncak karya arsitektur paling tinggi ketika itu yang dapat disaksikan hingga hari ini adalah Taj Mahal.
Taj Mahal yang di dalamnya berdiri bangunan masjid, satu dari tujuh keajaibah dunia. Bangunan indah dan megah itu sumbangan peradaban masyarakat muslim, sebuah karya arsitektur yang sangat tinggi.
Taj Mahal yang dibangun Syah Jehan Raja Mogul V untuk menghormati istrinya Arjuman Banu Begum atau Mumtaz Mahal, terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra, India sekitar 190 kilometer dari New Delhi. Istana pilihan yang di dalamnya terdapat makam mulai dibangun tahun 1632 dengan mempekerjakan 20.000 orang, total biaya mencapai 40 juta rupee. Bangunan inti selesai tahun 1643 dan secara keseluruhan selesai tahun 1654.
Taj Mahal menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk yang majemuk namun kepemimpinan raja bijak, meski menganut ajaran Islam tapi tetap memberikan hak hidup terhadap beragam agama dan keyakinan. Syah Jehan mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil sebagai pemimpin yang sukses.
Taj Mahal merupakan gabungan berbagai arsitektur yang berkembang zaman itu, perpaduan karya arsitek terkemuka yang mengadopsi corak bangunan dari India, Pesia dan Asia Tengah. Konsultan pembangunan didatangkan dari Turki, Ustadz Isa seorang arsitek terkemuka ketika itu. Sebuah kerja yang mengagumkan sehingga mendatangkan kekaguman di sepanjang zaman melintasi batas ruang dan waktu.[4]
Sepeninggal Aurangzeb tahun 1707 Mogul mengalami masa surut sangat cepat, banyak peperangan dan persaingan dari dalam istana sehingga menjadikan musuh-musuh mengincar. Kaum penjajah dari Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda dan Portugis mulai mencapkan pengaruhnya di India.
Inggris datang ke India semenjak permulaan abad XVII sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama "The East India Company." Mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan.
Dengan politik adu domba yang lihai, mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan bedil, politik adu-domba dan senjata uang, dilumpuhkannya kekuasaan hakiki kesultanan Islam Mongol. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818.
Meski di bawah kekuasaan penjajahan Inggris, namun muncul pemikiran dari tokoh-tokoh masyarakat muslim untuk memperjuangkan kemajuan umat Islam. Pembaruan pemikiran, pemurnian ajaran Islam dan gagasan untuk melepaskan dari kaum penjajah terus berlangsung. Syah Waliullah, Sayid Ahmad Khan, Sayid Amir Ali, Muhammad Iqbal, Mohammad Ali Jinah, Abdul Kalam Azad dan sejumlah tokoh lain membangkitkan umat Islam India.

Biografi Sayyid Ahmad Khan
Setelah hancurnya gerakan Mujahidin dan kerajaan Mughal sebagai akibat dari pemberontakan 1857, kemudian muncullah Said Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam di India yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali. Sayid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817 dan menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Nenek Sayid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamhir II (1754-1759). Ia mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa prancis dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas pengetahuan dengan menelaah berbagai ilmu pengetahuan.[5]
Masa kecil Sayid Ahmad Khan dilalui dengan kesenangan dan kecukupan tetapi dengan wafat kakeknya(panglima perang yang kemudian hari di beri kedudukan agamis semi-hakim oleh kaisar Mughal), kekayaan keluarganya mulai menurun. Pada 1838 ayahnya meninggal dan keuntungan hasil tanah yang di peruntukan untuk baginya oleh pemirintah mulai hilang atu mulai dikurangi. Sayih Ahmad Khan yang masih muda itu mulai mencari penghidupannya sendiri. Pertama-tama dia harus puas mendapat pengangkatan sebagai juru tulis tingkat rendahan, tetapi segera ia diangkat sebagai munsif(wakil hakim), dan pada tahun 1841 ditempatkan sebagai munsif di kota yang bersejarah Fatihpur Sikri.[6]
Sayid Ahmad adalah orang mudah bergaul, itu dapat di nilai dari dari keterangan Ghalib, yang setalah memuji keberanian dan kemampuan Sayid Ahmad Khan, ia mengatakan”bagi saya, ia adalah seperti salah seorang dari keluarga sendiri”
Sayid Ahmad Khan mengirup dalam-dalam udara yang begitu tinggi, dan karya sastranya yang paling pertama dan besar adalah pujian kota Delhi “ Asar-ul-Sanadid” atau “peninggalan-peninggalan lama dari Delhi”, yang di terbitkan pada tahun 1847. Dalam buku tersebut, setelah melakukan riset yang sangat tetliti dan sungguh-sungguh, dan bukan hanya dengan penelitian perpustakaan yang sejuk lagi nyaman, tetapi langsung meneliti inskripsi-inskripsi yang telah lumutan dan sulit dibaca dari bangunan-bangunan yang hamper runtuh. Sayid Ahmad menulis uraian tentang gedung-gedung utama di dalam sekitar Delhi.
Yang sangat menarik adalah bab tentang “celebrities of contemporary Dehli” (kemegahan-kemegahan kota dehli kontemporer) yang sekalipun ditulis dalam gaya bahasa yang dingin dan seperti gaya bicara yang pada waktu itu popular dikalangan penulis-penulis persi dan urdu, barang kali karya ini merupakan tulisan yang paling bagus mengenai sastra, kehiduoan beragama dan seni di Delhi.[7]
Banyak tulisan Sayid ahmad sebagai orang ahli sejarah mengalami kesalahan-kesalahan kecil disana-sini yang tidak bias di hindari karena kesibukannya sebagai seorang pejabat pemerintah yang berusaha mengerjakan pekerjaan dengan sebenernya dan menuntut waktu yang penuh. Tetapi karangan-karangan tersebut terencana dengan baik dan pada umumnya tingkatannya tinggi. Karangan-karangannya pun diakui nilainya oleh sarjana-sarjana dari luar,M, Garchin de Tassy pada tahun 1861 menerjemahkan ke dalam bahasa prancis buku tentang sejarah Arkeolog Delhi, dan tiga tahun kemudian Sayid Ahmad Khan terpilih sebagai Honorari fellow dari Royal Asiatic Sosiety, London.[8]
Buku Sayid Ahmad Khan merupakan anggur yang dibikin di rumah sendiri. Ia pada waktu itu sama sekali tidak mengerti bahasa inggris maupun bahsa barat lainnya. Dan bukunya itu terutama berisi kebijakansanaan politik seorang muslim yang luas pengetahuannya, meski tidak dikenal dengan pemikiran-pemikiran politik modern. Tetapi merupakan pewaris yang sebenarnya dari tradisi kenegarawan mughal.
Bahkan, yang lebih menyolok lagi adalah keberaniaan dan tidak gentarnya sang penulis. Buku itu di tulis pada waktu sebagian besar Inda masih dalam keadaan darurat. Buku Sayid Ahmad tersebut merupakan kritik yang tajam terhadap pola administrasi yang ada sebelum pemberontakan, dan memberikan penjelasaan yang lengkap, kalau bukan pembenaran tentang terjadinya  revolusi di India tersebut. Menurut Sayid Ahmad, sebab pokok yang akhirnya membawa kepada pemberontakan besar tersebut adalah tidak adanya orang india yang mewakili pandangan india pada tingkat atas badan-badan yang memerintah negeri tersebut.
Ia membuka dengan jelas segala kejelekan yang disebabkan karena tidak adanya orang india di dewan legislatif, tidak mengertinya dewan tersebut tentang pandangan yang sebenarnya mengenai orang-orang india. Selanjutnya ia menunjukan kepada campur tangan pemerintah dlam soal agama. Dengan menghitung tentnag sebab-sebab yang banyak membawa kepada keyakinan itu.  Ia menerangkan: “ di duga bahwa pemerintahan dan para pejabatnya diseluruh negeri biasa memberikan banyak uang kepada misi-misi Kristen dengan maksud untuk membiayai keperluan mereka, sehingga memungkinkan untuk membagi-bagi buku dan segala keperluan mereka. Banyak opsir-opsir kontrakan dan banyak orang-orang militer bicara dengan bawahan mereka tentang agama, sebagian dari mereka menyuruh para pembantu supaya datang kerumah mereka dan mendengar propaganda misi-misi Kristen”.[9]
Sayid Ahmad Khan dengan tegas mengkritik undang-undang yang membolehkan menarik pajak dari tanah-tanah perdikan yang diberikan pemerintah pada masa lalu, sebagai”sangat serakah”. Ia juga mengeluh mengenai tidak adanya pergaulan antar orang ingris dan sebagian orang india. Ia bahkan mengkritik cara pemerintah menangani pemberontak-pemberontak di Meerut.
Sayid Ahmad Khan menulis tanpa takut, bahkan merupakan buku yang agak berbahaya, tetapi keberanian politiknyalah yang memungkinkan untuk menelunjukan jarinya kepada kekurangan-kekurangan pemerintah dan menyelatkan dia dari akibat-akibat tindakannya. Setelah buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dan dibicarakan dalam dewan Raja Muda, maka Sir Cecil Beadon, menteri luar negeri, mengungkapkan buku tersebut sebagai “sangat menghasut” dan menganjurkan agar pengarangnya diambil tindakan. Namun karena Raja Muda dan anggota-anggota lainnya yakin bahwa Sayid Ahmad Khan dapat di percaya, maka tidak ada tindakan apapun yang diambil terhadap penulis.[10]
Pemberontakan tersebut merupakan tragedi nasional yang besar, tetapi tampaknya Sayid Ahmad Khan sendiri tidak takut sama sekali. Ia keluar dari konflik tersebut tanpa melakukan sesuatu yang menjadikan menyesal, baik sebagai pegawai pemerintah yang loyal maupun sebagai orang India yang patriot. Tampaknya, Sayid Ahmad Khan sendiri tidak terpengaruh oleh Muntini (pemberontakan), tetapi apabila kita pelajari pidato-pidato dan tulisan-tulisannya dalam periode itu, kita merasakan bahwa pemberontakan merupakan pukulan paling berat yang pernah ia derita. Kekecewaannya dan kesedihannya luar biasa. Dan kesedihan tersebut menyebabkan ramputnya mendadak menjadi putih, dan sama sekali merubah jlan hidupnya.
Akibat dari reaksi yang begitu mendalam lagi tajam tersebut ada dua hal-pribadi dan nasional. Sayid Ahmad sendiri tidaklah disakiti, tetapi orang-orang yang dekat dan paling dicintainya menderita luar biasa pada waktu penumpasan yang dilakukan oleh inggris maupun kekuatan yang melawan setelah jatuhnya Delhi.[11]
Kerugian Sayid Ahmad secara pribadi memang besar, tetapi ketika ia melihat penderitaan masyarakat muslim, kesusahannya tidak bisa di obati. Kesusahan Sayid Ahmad terhadap apa yang ia lihat tidak dapat digambarkan. Ia merasa bahwa india bukan tempat yang tepat bagi seorang muslim yang tahu harga dirinya, dan ingin meninggalkan pekerjaannya kemudian menetapkan di Mesir.
Untungnya Sayid Ahmad Khan tidak menyerah kepada rasa putus asa, bahkan yakin bahwa “adalah merupakan suatu perbuatan pengecut dan mementingkan diri sendiri untuk mencari suatu tempat yang aman, sementara rakyat dalam keadaan sangat menyedihkan”. Dengan itu ia kemudian membuang keinginannya untuk  migrasi dari india, dan memilih untuk merambah jalan berbatu pada perjuangan keras, menuntut kesabaran yang tinggi dan usaha yang sangat berat.[12]
Ia merenungkan tragedi yang menimpa negerinya, dan mendapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut disebabkan karena kebodohan. Oleh karena itu ia bertekat untuk mulai mendidik orang yang memerintah dan yang diperintahan, dan menhilang sebab-sebab yang memungkinkan pertentangan dan salah paham. Tugas pertama ia mulai dengan bukunya Couse Of The Indian Revolt, dan ia teruskan sepanjang hidupnya dengan mengajukan pikiran-pikiran rakyatnya dengan berani. Untuk tujuan inilah maka pada tahun 1866, ia mendirikan “British Indian Association” di Aligarh.
Sayid Ahmad Khan juga mengetahui bahwa pemberontakan tersebut dikatakan sebagai pemberontakan Muslim, dan umat Muslim ditindas dengan kekerasan. Ia berusaha untuk membetulkan kesan yang salah dari pejabat-pejabat Inggris, dan mulai menerbitkan majalah The Loyal Mehammadans Of India, di mana jasa orang Muslim terkemuka yang loyal disiarkan.
Tetapi usaha-usaha tersebut terutama di tujukan kepada pendidikan umum bagi rakyatnya sendiri. Graham, penulis biografi Sayid Ahmad, menulis:”moto Sayid Ahmad adalah didiklah!,didiklah!,didiklah!”. ‘Semua penyakit sosio-politik di india’, ia pernah menyatakan kepada saya ‘bisa di obati dengan cara ini: Obatilah akarnya dan pohonya akan subur’.
Usaha pokok Sayid Ahmad Khan bagi penyiaran ilmu adalah berdirinya The Scientific Society-asalnya terkenal sebagai The Translation Society- yang dimulai di Ghazipur pada bulan januari 1864. Pada waktu mulai membuka sekolah dan menentukan kurikulumnya, ia menyadari bahwa bahasa-bahasa india kurang mempunyai literature yang berguna mengenai ilmu-ilmu yang dibahas dengan bahasa-bahsa barat.
Sejauh itu usaha Sayid Ahmad di tujukan untuk kemajuan seluruh rakyat india-baik hindu maupun muslim. The British Indian associantion, juga sekolah di Ghazipur didirikan atas bantuan kedua kelompok masyarakat tersebut, dan The Scientific Society diketuai oleh Sayid Ahmad dengan bnatuan sahabatnya orang Hindu Raja Jai Kishen Dass.[13]
Pada tahun 1869 anak Sayid Ahmad Khan, Sayid Mahmud, memperoleh beasiswa untuk studi lebih tinggi di Universitas Cambride, dan Sayid Ahmad memutuskan untuk mnyertainya ke inggris. Sayid Ahmad menetap di inggris selama 17 bulan dan sibuk bekerja. Ia mempunyai banyak kawan dengan oran-orang ingris yang sudah pension, dan mereka menunjukan keramahan dan kebaikan yang besar. Lord Lawrenc3 umpanya, setiap bulan selalu mendampingi dan mengatur kunjungan Sayid Ahmad ke lembaga-lembaga yang penting. Ia dipilih menjadi anggota kehormatan dari Atheneum dan juga diterima di kantor urusan india oleh Duke of Argylle, sekertaris Negara, yang juga pelindung Scientify Socienty dan gelar C.S.I dianugerahkan padanya.
Bersama-sama dengan terbitnya Tahzibul Akhlaq, Sayid Ahmad juga mulai bekerja untuk pendidikan modern. Pada tanggal 26 desember 1870, di Benares ia mendirikan “Society for the Educational Progress of Indian muslims”(himpunan untuk kemajuan pendidikan orang-oarang muslim india) yang setelah menerima banyak anjuran dan dipertimbangkan masak-masak, memutuskan untuk mulai mendirikan perguruan tinggi islam.”Anglo-Oriental-College”. Sekarang Sayid Ahmad merupakan pemimpin umat Muslim India yang tidak dapat dibantah lagi dan merupakan tokoh nasional yang besar.
Hali dalm biografi Sayid Ahmad mengatakan bahwa hidup Sayid merupakan contoh teladan. Memang, Sayid Ahmad mempunyai sifat-sifat yang luar biasa-seperti energik, ketekutan, keberanian moral, kemauan keras, kemauan besar untuk menyerap pengetahuan dari semua arah, kebijaksanaan politik yang luar biasa, rasa humor yang enak-yang tanpa itu ia tidak akan sampai kepada tingkat yang diperolehnya. Ia dilahirkan sebagai pemimpin, dengan wajah manis dan bicara yang mengesankan, selama setangah abad ia memegang pimpinan nasib umat Muslim di india, ia mempengaruhi dan mencetak banyak orang yang mampu ke depan lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh pemimpin Muslim Modern mana pun juga. Namun demikian, ia juga mempunyai banyak kekurangan dan apabila kita merenungkan kebiasaannya dan insiden-insiden tertentu dari kehidupannya, dalam beberapa hal, ia merupakan “tokoh teladan” yang sangat berbahaya untuk diikuti.[14]
Sayid Ahmad kurang memperhatikan bentuk luar, ia dijuluki sebagai Bapak Sastra Urdu Moder[15], tetapi apabila demikian halnya ia merupakan ‘sastrawan yang paling tidak bersasatra’. Semboyannya adalah”biarkanlah gaya menulisnya. Lihatlah masalah yang dibahas itulah uang pokok”. Akibatnya adalah, kecuali pada waktu ia berada dibawah pengaruh emosi yang sangat mendalam.
Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu peristiwa dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat, nilai-nilai ini telah membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman kekuasaan gereja. Kini, dengan semangat yang sama.
 Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat serius dengan upayanya ini antara lain dengan menciptakan sendiri metode baru penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al Qur’an. Tokoh yang cenderung kepada tafsir aqilah atau rasionalisme adalah Sayid Ahmad Khan.
Pemikiran Ahmad Khan.[16]
Malapetaka hebat yang melanda Hindia, yaitu pemberontakan tahun 1857 telah berlalu. Penulis  beranggapan bahwa pemberontakan itu merupakan akibat dari keingin akan adanya pendidikan di India.
Pemikiran Ahmad Khan berkembang sesuai dengan interaksi dengan lingkungannya dapat dipetakan menjadi tiga fase, yakni:
1.      Fase romantisisme, fase dimana Ahmad sangat bangga dengan kejayaan yang dicapai oleh Mugahl dan kejayaan Islam pada masa klasik.
2.      Fase penyamaan persepsi, terjadi ketika munculnya pemberontakan umat islam terhadap Inggris. Ahmad Khan dalam pemberontakan ini mencoba mendekatkan umat islam dengan Inggris, dimana Inggris akhirnya menyambut dengan baik pandangannya.
3.      Fase pengaruh Barat, fase setelah Ahmad berkunjung ke Barat.[17]
Berikut ini adalah pemikiran pemikiran yang dicanangkan oleh Ahmad Khan dalam bidang keagamaan, pendidikan, politik.
Pemikiran Keagamaan[18]       
Landasan pembaruan Ahmad Khan adalah bahwa pintu ijtihad terus terbuka.  Akal bagi Ahmad menempati tempat tertinggi. Rasionalisme yang dikembangkannya adalah meletakkan semangat ilmiah modern. Dan kebebasan akal menjadikan Ahmad percaya bahwa manusia bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatan. Ini berarti bahwa ia mempunyai faham yang sama dengan faham Qodariyah. Sejalan dengan faham Qodariyah yang dianutnya, ia menentang keras faham taklid. Ahmad berpendapat umat islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman, dalam peradaban klasik telah melenakan mereka sehingga tidak menyadari bahwa perubahan baru telah berkembang di Barat.[19]
Dalam memberikan interpretasi al-Quran agar sesuai dengan hukum alam, Ahmad Khan memberikan penafsiran terhadap sistem kepercayaan agama memakai penilaian kesesuian terhadap alam, seperti mu’jizat ditolaknya karena bertentangan dengan hukum alam. Dalam masalah hukum islam (fiqh), Ahmad juga melakukan reinterpretasi, dimana interpretasinya relatif jauh berbeda dengna apa yang telah ditetapkan oleh para ulama klasik. Hal ini disebabkan karena sumber ajaran islam menurutnya hanya terbatas pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan, hukum fiqh, menurutnya berisi moralitas masyarakat berikutnya sampai timbulnya mazhab-mazhab. Ia menolak taklid dan membawa Al-Quran dan Sunnah untuk menguraikan relevansinya dengan masyarakat baru pada zaman itu.
Sebagai konsekuensi dari penolakannya terhadap taklid, khan memandang perlu diadakannya ijtihad-ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran islam dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Sedang pendapat ulama masa lampau tidak harus diikuti, bahkan jika bertentangan dengan perkembangan modern, pendapat mereka harus ditolak.[20]
Akal bagi Ahmad menduduki tempat tertinggi. Rasionalisme atau teologi rasional yang dikembangkanya adalah meletakkan semangat ilmiah modern atau hukum alam sebagai kriteria dalam menilai diterima dan ditolaknya suatu Agama. Menurut Ahmad Khan, al-Qur’an dan hukum alam tidak mungkin bertentangan, karena keduanya adalah ciptaan Allah.[21]
Hanya kriteria Sayyid Ahmad Khan yang dianggap berlaku dalam membuktikan kebenaran Islam dengan paham pengetahuan naturalis abad ke-19. Ia membantah kebenaran agama dapat dihubungkan dengan alam manusia atau alam pada umumnya. Bagaimanapun juga untuk membuktikan Agama Islam sebagai Agama yang cocok dengan ilmu pengetahuan seta akal pikiran manusia ia harus menolak tidak hanya pada mu’jizat, malaikat dan jin tetapi juga lebih jauh ia mengatakan bahwa isra’ mi’raj Nabi Muahammad hanyalah suatu impian belaka.  Dia tidak hanya menolak ajaran-ajaran keajaiban melainkan menghidupkan kembali konsep asal oleh para filosof muslim dan menggambarkan Tuhan dalam kekuatan akhir batin merupakan “Penyebab Pertama.  Semua itu demikian ia katakan hendaknya jangan diterima secara harfiah, tetapi hendaknya diterima secara simbolis saja.[22]

Pandangannya terhadap agama sangat mendalam sekali. Dalam tulisannya yang terkumul dalam buku Tahzib al-akhak ide-ide pembahruannya yang ia cetuskan menerik perhatian banyak kalangan dan mendapat respon positif dar mereka. Penafsiran baru yang diberikannya terhadap ajaran Islam lebih dapat diterima golongan terpelajar dari pada para penafssiran lama.[23]

Perkawinan dalam Islam menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan semangat.   Islam dan hal ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa. Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan perang, meskipun syariat memperkanankannya. Hukum potong tangan yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah bagi pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitif yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara.  Perbudakan itu  tidak diperbolehkan lagi dalam Islam. Perbudakan yang disebutkan dalam al-Quran itu hanya sebatas hari pertama dalam Islam . sesudah penaklukan kota Makkah , perbudakan itu tak diperbolehkan lagi.[24]
            Jihad itu dilarang kecuali dalam keadaan memaksa untuk mempertahankan diri. Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur'an.[25]  
            Lebih lanjut tentang paham keagamaan ini, penulis mengutip langsung perkataan ahmad Khan yang ia tulis dalam media di India kemudian dikumpulkan oleh Jhon Donohue dalam buku Islam dan Pembaharuan. Ia mengatakan : “ dengan penuh keyakina  saya berpendapat bahwa alla telah menciptakan kita dan memberikan pertunjuk kepda kita . petunjuk ini sesuai benar hukum kelaman yang berlaku terhadap kita dan sesuai dengan fitrah kita. Hal itu menunjukkan betapa besar Islam itu.
            Dengan menetapkan ukuran ini saya menegaskan bahwa Islambenar-benar sesuai dengan Fitrah. Dari situ saya merumuskan bahwa Islam itu adalah Fitrah, dan Fitrah itu adalah Islam. Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia pencipta langit dan bumi beserta segala sesuatu apa yang ada di dalamnya. Dia pencipta mahkluk dan pencitpa fitrah itu sendiri.[26]
Pembaharuan Dalam Bidang Pendidikan[27]

Di India pendidikan modern yang dibawa oleh Inggris pada awal abad ke – 19 telah menimbulkan dualisme sikap masyarakat Muslim. Yaitu sikap antagonis (menolak) dan sikap akomodatif (menerima) . Sikap penolakan ditunjukkan oleh sebagian besar umat Islam India, terutama para pengelola lembaga pendidikan Islam tradisional yang khusus mengajarkan ilmu – ilmu agama. Penolakan tersebut, karena meraka beranggapan apa yang dibawa oleh Inggris tidak cocok diikuti umat Islam, sebab pendidikan modern Inggris mengabaikan bidang studi dan tradisi keilmuan Islam.
Sebagian lain masyarakat Islam dapat menerima dengan lapang dada sistem pendidikan modern Inggris tersebut. Mereka berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan dan tehnologi modern yang dibawa oleh Inggris dan diajarkan pada lembaga – lembaga pendidikan Inggris tersebut merupakan sarana yang dapat membawa kemajuan umat Islam India. Sebab mereka menyadari India sangat ketinggalan jauh dengan Inggris dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi.[28]
Salah satu cendikiawan yang menerima Pembahruan Itu adalah akhmad Khan. Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan.
Jalan yang harus ditempuh ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama.[29]
Sayyid Ahmad Khan ingin sekali membuktikan bahwa Islam dapat dirubah menjadi Agama masyarakat yang berbudaya serta maju apabila ide-ide kuno serta kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan semangat modern ditinggalkan. Untuk membantu kelompok muslim modern, Sayyid Ahmad Khan mendirikan sekolah modern di Aligarh pada tahun 1878 yang diberi nama Muhammadan Anglo Oriental Collage (MAOC). Menyadari ketidak seimbangan antara bahasa Arab, Urdu, Persi serta berbagai bahasa daerah india lainya, ia menekankan bahasa Inggris sebagai satu-satunya sarana pengajaran. Dan pada tahun 1920 Aligarh dikembangkan menjadi sebuah Universitas.[30]
M.A.O.C dibentuk sesuai dengan sekolah  di Inggris dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Direkturnya berbangsa Inggris, sedangkan para guru dan stafnya banyak yang berbangsa Inggris. Ilmu pengetahuan modern merupakan ilmu yang banyak ia terapkan. Pendidikan agama juga tidak ia abaikan dalam hubungan ini ia menyebutnya bahwa disekolah-sekolah di Inggris yang diasuh pemerintah, agama tidak diajarkan . di M.A.O.C pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalan agama diperhatikan dan dipentingkan. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam saja tetapi juga  bagi orang Hindu, Kristen, dan Parisi.[31]
Sebelumnya di tahun  1869 ia pergi telah berkunjung ke Inggris. Tujuannya berkunjung ke Inggris antara lain adalah untuk semata-mata untuk memenuhi keingintahuannya yang sudah lama yaitu mempelajari sendiri sumber-sumber kekuatan Inggris, dengan harapan dapat mewujudkan cita-citanya menciptakan negara India yang kuat dan makmur, dapat mengikuti perkembangan zaman modern serta dapat menduduki tempat mulia dalam masyarakat dunia.
            Ia sadar bahwa jika rakyat tidak menerima pendidikan modern yang cukup maka keadaan mereka tidak akan tambah baik, dan tidak bisa menduduki kedudukan-kedudukan terhormat di antara bangsa-bangsa di dunia. Sekembalinya dari Inggris, ia merasa mendapat kekuatan baru yang lebih meyakinkan anggapannya bahwa selama ini ketertinggalan India dari bangsa Barat adalah karena faktor mental, Inggris memiliki mental yang kuat dalam segala hal. Dan untuk merubah mental masyarakat India harus dilakukan revolusi pemikiran dengan meninggalkan ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan lama dan menerima tuntutan zaman modern. Bersamaan dengan itu ia mulai merintis berdirinya perguruan tinggi Islam modern.[32]
Usaha pokok yang lain  Sayyid Ahmad bagi penyiaran ilmu (sebelum ia mendirikan perguruan tinggi Aligarh) adalah berdirinya The Scientific Society yang asalnya terkenal sebagai The Translation Society yang dimulai di Ghazipur pada bulan Januari 1864. Pada waktu mulai membuka sekolahan dan menentukan kurikulumnya, ia menyadari bahwa bahasa-bahasa India kurang mempunyai literatur yang berguna mengenai ilmu-ilmu yang dibahas dengan bahasa-bahasa Barat.
Cita-cita Ahmad Khan untuk mendirikan Perguruan Tingi akhirnya terwujud dengan diletakkannya batu pertama pembangunan gedung perguruan tinggi tersebut oleh Gubernur Jenderal Lord Lotion (raja muda waktu itu) pada tanggal 8 Januari 1877 di kota Aligarh. Perguruan tinggi tersebut diberi nama Muhammadan Anglo Oriental College, yang lebih dikenal dengan Aligarh College[33], sebagaimana yan telah penulis jelaskan di atas tadi. Ia mencontoh perguruan tinggi Oxford dan Cambridge, bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris, kurikulumnya adalah kurikulum Barat dengan ditambah mata kuliah Agama Islam, dan dekan, serta banyak dosennya adalah orang-orang inggris.
Pada tahun 1920 Aligarh dikembangkan menjadi sebuah Universitas yang bernama Universitas Aligarh. Quraisyi Menyatakan[34] bahwa sekolah ini mempunyai peranan penting dalam kebangkitan umat Islam India. Sekiranya tidak karena sekolah ini, umat islam India Pakistan sekarang akan lebih jauh lagi ketinggalan dalam umat-umat lain.
Tujuan dari pendirian lembaga pendidikan di Aligarh ini[35] adalah: (1) Memberikan pendidikan liberal. (2) Menghilangkan tradisi masa lalu yang menyesatkan  dan menghambat kemajuan serta prasangka buruk. (3) Mendamaikan sains modern Barat dengan pengajaran Islam. (4) Memperkenalkan peradaban Barat yang unggul. (5) Mengangkat martabat umat Islam dengan ikut berpartisipasi dalam pemerintah Inggris. (6) Menyadarkan bahwa kesetiaan bukan berasal dari penyerahan dan sikap merendahkan diri kepada orang asing tetapi berasal dari penghargaan murni atas pemerintah yang baik.

Adapun di antara hasil karya Sayyid Ahmad Khan adalah Atsar al-Sanadid (1874) yang merupakan hasil penelitiannya tentang arkeologi di Delhi dan sekitarnya, Essay on life of Muhammad (1870), Tafsir al-Qur’an sebanyak 6 jilid, Ibthal al- Ghulami (1890) dan Tabyin al-Kalam (1860). Selain itu juga menulis dua buku Tarikh Sarkhasi Bignaur (1858) dan Asbab Baghawat Hind (1858). Dari hasil karyanya ini terihat pula bahwa Sayyid Ahmad Khan termasuk penulis yang produktif.[36]
Pemikiran Dalam Bidang Politik
Pemikiran Ahmad Khan diilhami oleh tragedi yang menimpa umat islam India, karena pemberontakan Mutiny (1857). Menurut Ahmad terjadinya pemberontakan tersebut disebabkan:
1.      Intervensi Inggris dalam soal keagamaan.
2.      Tidak diikutsertakannya orang India di berbagai lembaga perwakilan.
3.      Tidak ada usaha pemerintah Inggris menjalin persahabatan dengan rakyat India.
Untuk mengakhiri perseteruan ini, Ahmad mengadakan pendekatan kepada rakyat, mereka diberi pendekatan dengan diberi argumentasi agama, bahwa hubungan persahabatan diperbolehkan antara Inggris yang kristen dengan umat islam.[37]
Pada tahun 1857 ketika Sayyid Ahmad Khan genap berusia 40 tahun, terjadi satu fase baru dari kepribadiannya[38] yang serba – segi itu terungkap. Pada waktu itu terjadi kekacauan politik besar terjadi yang dimulai dengan pemberontakan Angkatan Darat India terhadap pemerintahan Inggris di India yang kemudian merambah pada penduduk sipil. Menurut Sayyid Ahmad Khan, sebab pokok yang akhirnya membawa kepada pemberontakan besar tersebut adalah tidak adanya orang India yang mewakili pandangan India pada tingkat atas badan – badan yang memerintah negeri tersebut. Ia menyatakan: “Sebagian orang setuju… adalah sangat sesuai bagi kebahagian dan kemakmuran pemerintah jika rakyat harus mempunyai suara dalam Badan – badan Perwakilannya” .[39]
Ia membuka dengan jelas segala kejelekan yang disebabkan karena tidak adanya orang India di Dewan Legslatif, tidak mengertinya Dewan tersebut tentang pandangan yang sebenarnya mengenai orang – orang India. Selanjutnya ia menunjuk kepada campur tangan pemerintah dalam soal agama: “Tidak ada kebimbangan sedikitpun pada semua orang, baik bodoh maupun pandai tinggi atau rendah pangkatnya mempunyai keyakinan yang kukuh bahwa pemerintah Inggris condong untuk campur tangan dengan agama mereka dan adat kebiasaan mereka yang telah ada sejak lama ”.
Ia juga mengeluh mengenai tidak adanya pergaulan dan komunikasi antara orang Inggris dan sebagian orang India . Ia merenungkan tragedi yang menimpa negerinya, dan mendapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut disebabkan karena kebodohan. Oleh karena itu ia bertekad untuk mulai mendidik orang yang memerintah dan yang diperintah, dan menghilangkan sebab – sebab yang memungkinkan pertentangan dan salah paham.
Tugas pertama ia mulai dengan bukunya Causes of the Indian Revolt, dan ia teruskan sepanjang hidupnya dengan mengajukan pikiran – pikiran rakyatnya dengan berani. Untuk tujuan inilah maka pda tahun 1866, ia mendirikan British Indian Association” di Aligarh yang digambarkan sebagai pendahulu Kongres Nasional India, dan meskipun baru saja berdiri telah dapat melahirkan pelbagai macam pandangan yang berguna dan efektif bagi Parlemen Inggris dan Pemerintah di India mengenai kesulitan – kesulitan yang dihadapi rakyat India.[40]
            Sayyid Ahmad Khan juga mengetahui bahwa pemberontakan tersebut dikatakan sebagai pemberontakan Muslim, dan umat Muslim ditindas dengan kekerasan. Ia berusaha untuk membetulkan kesan yang salah dari pejabat – pejabat Inggris… Namun secara politis, ia tetap melayani Inggris, dan pernah menjadi anggota Dewan Gubernur Jenderal, beberapa kali menjadi anggota komisi pemerintah dan terus mengembangkan loyalitas dari umat Islam kelas menengah di India Utara. Lebih dari itu, ia kemudian mendirikan Muhammadan Educational Conference yang segera berkembang menjadi organisasi yang sangat baik dan memperoleh dukungan dari banyak pihak, dan cabang – cabangnya segera tumbuh di kalangan masyarakat Islam India. Konferensi ini menjadi alat penyiaran ide – ide Sir Sayyid Ahmad Khan dalam bidang sosial dan agama . Selain itu, Ahmad Khan juga mendirikan organisasi yang bersifat politik, yaitu Muhammadan Defence Association, yang tujuannya adalah melindungi anggota – anggotanya dari saingan golongan yang kuat dan lebih maju.[41]
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan hanya bekerjasama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi ummat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, ummat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu.[42]

 Jalan yang harus ditempuh ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama. Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris. Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan Ingris terhadap ummat Islam India. Dan sementara itu kepada ummat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan inggris. Cita citanya untuk menjalani hubungan baik antara inggris dan umat islam, agar demikian ummat islam dapat di tolong dari kemunduranya, telah dapat di wujudkan di masa hidupnya.[43]

Kerjasama dengan Inggris itu mutlak dilakukan untuk dapat mengadopsi ketinggian dan kekuatan Barat (metodologi, ilmu, dan teknologi). Dengan demikian, menurut Ahmad, aliansi Hindu dengna islam adalah sesuatu yang sudah klir (selesai), karena tidak akan membawa kemajuan umat islam. Untuk itu ia menjauhi Partai Kongres Nasional yang bersikap tidak komparatif pada Inggris. Dari sinilah timbul pemikiran untuk membentuk negara sendiri, karena menurutnya, umat islam akan lenyap dalam mayoritas hindu di India. Ahmad Khan juga menolak bergabung dalam Nasional Muhammaden Association yang independen. Ahmad hanya aktif di organisasi Himpunan Pertahanan Inggris Muslim yang bertujuan melindungi kepentingan umat islam dalam menghadapi non muslim.[44]
PENUTUP
Kesimpulan
Sayyid Ahmad Khan Merupakan seorang figur seorang pemikir Islam India terbesar yang mengisi kesenjangan intelaktual abad pertengahan dan periode modern. Ia termasuk salah seorang tokoh pemimpin kebangkitan Islam abad ke-19 di Dunia Islam. Perananya sangat vital terhadap kebangkitan  kembali kaum Muslim India dan Ia memperkenalkan kepada mereka liberalisme Barat dan pemikiran-pemikiran bercorak rasional..
Sebagai langkah untuk membangkitkan kembali umat Islam, Sayyid Khan mengemukakan tiga langkah yang harus ditempuh : bekerjasama dalam bidang politik; (2) mengambil ilmu-ilmu kebudayaan Barat; (3) menafsir ulang Islam dalam bidang pemikiran. Gagasan untuk menjalin hubungan dengan negara Inggris dan menyingkirkan penolakan kaum muslimin terhadap kemajuan Barat mulai ia perjuangkan.
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap pendidikan umat Islam memang besar, dan pengaruhnya tidak terbatas dalam bidang pendidikan saja Ia mengembangkan kesejahteraan sosial serta ekonomi masyarakat muslim India. Dua puluh tahun terakhir 1877-98 adalah masa yang paling indah baginya, karena impianya mendirikan perguruan tinggi terwujud, sebuah karya momumental sebagai bapak pendidik.

Selain itu, Sayyid Ahmad Khan adalah pencetus pembaruan India. Berbagai pemikiran pembaruan yang ditelornya sangat berpengaruh bagi kemajuan rakyat India selanjutnya. Ide-ide pembaharuannya baik dalam pendidikan, keagamaan, juga dalam bidang sosial politik merupakan refleksi dari gejolak sosial masa itu. Sebagai langkah untuk membangkitkan kembali umat Islam, Sayyid Khan mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh: menjalin hubungan dengan negara Inggris dan menyingkirkan penolakan kaum muslimin terhadap kemajuan Barat mulai ia perjuangkan, mengambil ilmu-ilmu kebudayaan Barat, menafsirkan ulang Islam dalam bidang pemikiran. Di samping itu, pembaruan dalam Islam dia memberikan penghargaan tinggi pada akal manusia, percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, menentang taklid dan pintu ijtihad masih terbuka lebar seiring dengan perubahan zaman.

M.A.O.C. di Aligarh merupakan cikal bakal bagi lahirnya tokoh-tokoh pembaharu India yang akan mengantar India kepada kemajuan pasca keterpurukan kekalahan Mughal dan penguasaan Inggris di India. Aligarh melahirkan tokoh-tokoh yang terus mengembangkan ide-ide pembaharuan Sir Sayyid, seperti Muhsin Al- Mulk, Viqar al-Mulk, dan lain-lain. Dalam perkembangan selanjutnya M.A.O.C. kemudian berkembang menjadi Universitas Aligarh yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh

Penting, seperti Amir Ali, Muhammad Iqbal dan lain-lainnya. M.A.O.C. adalah markas Gerakan Aligarh yang telah memberikan jalan keluar pada persoalan-persoalan umat Islam di India. Tidak dapat dipungkiri bahwa Syed Ahmad Khan adalah Tokoh pembaharu yang sangat berjasa dalam menggagas ide – ide yang cemerlang dalam pembaharuan di india khususnya dalam bidang pendidikan yang membawa umat islam di india dan umat islam lainnya ke arah yang lebih baik.





     









 DAFTAR PUSTAKA
Anwar , Muhammad, Sejarah Islam di India, Jakarta: PT. Jaya Abadi, 2007
Nasution, Harun, Penbaharuan dalam Islam: Sejarah,pemikiran, dan Gerakan,Jakarta: Bulan Bintang,1996
Donohue, Jhon, Islam dan pembahruan Ensiklopedi masalah-masalah, Jakarta: Raja wali pers, 1993
Muhaimin dkk,  Studi Islam dalam ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, cet.3 2012.
Andersenalfatih.wordpress.com/2014/02/08/pembaharuan-pemikiran-sayyid-ahmad-khan/,di akses Jum’at, tanggal 30  Oktober 2015.
Harkaman01.wordpress.com/2013/01/14/pembaharuan-dalam-islam-dan-tokoh-tokohnya,diakses pada Jumat, 30 Oktober 2015.
 www.ebook gratis.com, pada hari Kamis 29 Oktober 2015. Sedangkan bentuk aslinya berjudul  Mukti Ali.  Alam pikiran islam mpdern di india dan Pakistan. Bandung. Mizan anggota IKAPI. 1998.
Moemartblog.blogspot.nl/2012/02/pemikiran-islam-modern.html?m=1, diakses pada Jum’at 30 Oktober 2015.
http://www.cis-ca.org/voices/k/syydkhn.htm . Di akses  Jumat 30 Oktober 2015,
 http://www.mail-archive.com/majelismuda@yahoogroups.com/msg01642.html, diakses tanggal Jum’at 30 Oktober 2025





[1] Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah PMDI yang diasuh oleh Dr.A. Hanafi.MA, pada Senin, 02 Novemver 2015, dilantai 708 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.

[2] Penulis menganggap penting mencantumkan kondisi India ketika itu. Hal itu dikarenakan kondisi sosial masa itu akan berpengaruh kepada ide pokok sang pembaharu. Seluruh keterangan tentang kondisi sosial ini penulis kutif dari buku Sejarah Islam India , karya M. anwar.
[3]  Muhammad Anwar, Sejarah Islam di India, (Jakarta:PT. Jaya Abadi, 2007) hal. 76
[4] Ibid, hal. 78
[5]  Harun Nasution,Penbaharuan dalam Islam: Sejarah,pemikiran, dan Gerakan,(Jakarta: Bulan Bintang,1996),h 165

[6]  Muhaimin dkk,  Studi Islam dalam ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Grroup, cet.3 2012). Hal. 48
[7] Harkaman01.wordpress.com/2013/01/14/pembaharuan-dalam-islam-dan-tokoh-tokohnya, diakses pada Jumat, 30 Oktober 2015.
[8] Penjelasan ini penulis ambil dalam bentuk e-book , penulis kutip dari alamat www.ebook gratis.com, pada hari Kamis 29 Oktober 2015. Sedangkan bentuk aslinya berjudul  Mukti Ali.  Alam pikiran islam mpdern di india dan Pakistan. Bandung. Mizan anggota IKAPI. 1998. Hlm54-56.
[9] penulis kutip dari alamat www.ebook gratis.com, pada hari Kamis 29 Oktober 2015.
[15] Moemartblog.blogspot.nl/2012/02/pemikiran-islam-modern.html?m=1, di akses pada Jum’at 30 Oktober 2015.
[16] Pemikiran Akhmad Khan ini menurut penulis lahir tak terlepas dari kondisi India ketika itu. Maka, ia burasha sekuat tenaga untuk mencari solusi kemunduran umat Islam yang sebelumnya pernah jaya pada kerajaan Mughal dan Gaznawi.
[17] http://mufarozz.blogspot.co.id/2014/05/pemikiran-sayyid-ahmad-khan.html
[18] Dalam pembaharuan dalam bidang keagaamaan penulis banyak mengutip karya langsung Ahmad khan   yang berjudul  “:Islam: agama yang rasional dan fitrah”  yang ia ditulis dalam buku Lecture on Islam ketika itu. Kemudian tulisan itu dikumpulkan oleh Jhon Donohue, tulisan sebuah buku Islam dan pembaharuan.
[19]  Harun Nasution. Op.ic hal. 169
[20] Jhon Donohue, Islam dan pembahruan Ensiklopedi masalah-masalah, (Raja wali pers, Jakarta,1993) hal. 57
[21] Harun nasution, hal. 169
[22] http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/05/pemikiran-modern-sayyid-ahmad-khan.html
[23]  Harun Nasuton, op.ic.hal. 171
[24] Harun nasution. Op.ic. hal. 171
[26]  Jhon Donohue.op.ic. hal. 64
[27]  Selama hidupnya Ahmad Khan memusatkan hidupnya untuk pendidikan. Karena menurutnya untuk mewujudkan India yang maju adalah melalui pendidikan.
[28] Muhaimin  ,Studi Islam  , op.ic hal.50
[29] Harun Nasution, op.ic. hal. 168.
[30] Haru Nasution, op.ic. hal. 169
[31]  Ibid. hal. 170
[34] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hal 170.
[35] http://www.cis-ca.org/voices/k/syydkhn.htm . Di akses  Jumat 30 Oktober 2015,
[38] Ini penulis kutip dari karangan beliau yang dikumpulkan oleh Jhon Donohue dkk. Dalam buku Islam dan Pembaharuan.
[39] Jhon Donohue dan Jhon Esposito, Islam dan pembahruan,op.ic. hal. 55.
[40] Ibid , 58
[41] Ibid. 59
[43]  Harun Nasution, 166-167.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.